Potensi Sumber Energi Listrik Terbarukan dan Ramah Lingkungan

Pendahuluan

Terlena…
Mungkin « terlena » adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya dan dunia ketenagalistrikan Indonesia pada khususnya.
Lalu mengapa terlena ? Indonesia dikaruniai sumber daya yang luar biasa. Tanah yang subur (ibaratnya apabila tongkat kita tanam, bisa tumbuh menjadi pohon), kekayaan alam mineral yang berlimpah, hutan hujan tropis yang terbentang dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia, dan yang sering kita lupakan, lautan luas yang menyatukan satu pulau dengan pulau lainnya.
Di awal kemerdekaan, ketika konsumsi energi listrik belum besar seperti sekarang, dan Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak bumi yang signifikan di dunia, tentunya bahan bakar minyak adalah solusi yang tepat sebagai sumber energi listrik di saat itu. Seiring berjalannya waktu, konsumsi listrik kita semakin meningkat, begitu pula harga minyak bumi yang tendensinya selalu meningkat. Di lain pihak, ternyata produksi minyak bumi kita menurun, bahkan kita harus mengimpor dari negara-negara Timur Tengah, pertumbuhan penggunaan sumber energi listrik selain minyak bumi juga tidak seiring dengan laju pertumbuhan konsumsi.
Ketidakreaktifan kita terhadap situasi dan keterlenaan kita terhadap kondisi yang nyaman membuat masalah timbul silih berganti. Ketika situasi sudah menjadi buruk, seperti pemadaman bergilir menjadi keseharian di tanah air, kita baru mencanangkan program PLTU batu bara 10.000 MW, dan saat ini sudah mulai dicanangkan program PLTU batu bara 10.000 MW edisi II. Jika kita lebih reaktif dan tidak terlena terhadap kondisi Indonesia yang begitu nyaman seperti surga, mungkin permasalahan yang telah disebutkan tidak perlu terjadi. Dan dengan beralihnya kita dari minyak bumi menuju batu bara, apakah permasalahan kita sekarang akan terulang kembali di masa depan?

Tenaga Nuklir

Ada solusi yang coba dipaparkan di sini. Nuklir adalah salah satu solusi. Perdebatan terhadap implementasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) masih terus menjadi hambatan di Indonesia. Di luar itu, nuklir memiliki beberapa keuntungan : Satu gram uranium sebagai bahan bakar dapat menghasilkan energi panas yang setara dengan hasil pembakaran 4 ton bahan bakar batubara atau 2 ton bahan bakar minyak bumi. Bahkan saat ini sedang ada penelitian satu unit PLTN dapat bekerja non-stop selama 30 tahun tanpa dibutuhkan uranium tambahan. Dalam artian, PLTN dapat lebih ekonomis dan minimnya risiko pemanasan global akibat emisi gas karbon dioksida.
Permasalahan akan sampah radioaktif dan tingkat keamanan tentunya menjadi isu penting dalam PLTN. Saat ini, limbah radioaktif sisa PLTN tidak dibuang begitu saja, namun dilakukan proses daur ulang untuk dapat digunakan kembali. Sehingga jumlah sampah yang dihasilkan akan semakin sedikit dan menjadi tidak berbahaya. Mengenai masalah keamanan, jika kita melihat negara Prancis yang telah menggunakan PLTN sejak tahun 1956, tidak ada satu pun insiden yang membahayakan yang terjadi. Prancis mengklaim tingkat keamanan PLTN mereka mencapai 99,9999%.
Risiko penggunaan PLTN sudah sedemikian kecil seiring dengan perkembangan teknologi saat ini. PLTN bisa jadi merupakan salah satu solusi permasalahan Indonesia.

Energi terbarukan dan ramah lingkungan

Namun begitu, PLTN tetap menggunakan bahan bakar yang tidak terbarukan (Uranium), yang dalam artian akan habis dalam waktu dekat mengingat persediaan Uranium yang tidak banyak di bumi ini. Untuk memperoleh sumber energi yang berkelanjutan, kita memerlukan sumber energi yang terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi dimana siklus materi pembawanya lebih cepat dari konsumsinya. Sehingga dapat dianggap tidak akan pernah habis dalam jangka waktu yang terbatas.
Pada umumnya, dilihat dari sudut pandang sumber energi listrik, energi terbarukan memiliki keuntungan:
- Sumber energi yang ketersediaannya dapat dikatakan tak terbatas
- Dapat diperoleh secara cuma-cuma
- Ramah lingkungan
Sedangkan hambatannya adalah:
- Investasi yang mahal
- Energi yang fluktuatif, sehingga kurang dapat diandalkan
Tentunya penelitian-peneliti an yang dilakukan saat ini difokuskan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Secara umum, energi terbarukan dapat dibagi berdasarkan sumber energinya, yaitu:
- Energi yang berasal dari matahari
o Energi matahari secara langsung (photovoltaic dan thermal)
o Tenaga angin
o Biomassa dan biogas
o Perbedaan suhu air laut
o Pasang-surut air laut (gravitasi matahari dan bulan)
- Energi yang berasal dari bumi
o Energi panas bumi/geothermal
o Tenaga air (gravitasi bumi)
Selain biomassa dan biogas, sumber energi terbarukan merupakan energi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan gas-gas yang berbahaya terutama karbon dioksida yang dapat mengakibatkan pemanasan global. Perlu kita ingatkan, bahwa Indonesia memiliki semua potensi itu, bahkan berlimpah. Negara kita terletak di khatulistiwa, sehingga energi matahari selalu tersedia sepanjang tahun. Selain itu, Indonesia juga dilewati oleh rangkaian gunung berapi aktif yang berarti potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sangat berlimpah di Indonesia. Dan juga lautan yang luas di negeri kita, dapat dijadikan sumber energi yang sangat berlimpah.

Potensi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh KNIWEC dan PLN pada tahun 2004, besarnya potensi dan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan Indonesia
Jenis Energi Unit Total Exist % 
Panas Bumi MW 27140 807 3,0
Tenaga Air MW 75000 4125 5,5
Surya GW 1200 0,008 0,0007
Tenaga Angin MW 9290 0,6 0,0065
Biomass MW 49810 445 0,9
Biogas MW 680 0,0 0,0
Gambut MILL. BOE 16880 0,0 0,0
Tidal MW 240000 0,0 0,0
Sumber: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2006-2015, PT PLN (Persero), Juli 2005.
Dapat kita lihat bahwa pemanfaatan energi terbarukan masih sangat minim di Indonesia. Alasannya klise, masalah dana, dan Indonesia masih terlena dengan bahan bakar fosil yang ada. Bahkan, masih ada sumber energi terbarukan yang tidak tersentuh sama sekali untuk dikembangkan.

Program pengembangan desa mandiri energi
Ternyata pemerintah tidak tinggal diam saja, sebagai langkah awal pada tahun 2009, pemerintah mencanangkan pengembangan desa mandiri energi sebanyak 350 desa. Adapun pengembangan listrik perdesaan meliputi pembangunan PLTMH sebanyak 51 unit (2.741 kW), PLTS sebanyak 77.433 unit (3.872 kWp), PLTB sebanyak 6 unit (480 kW), gardu distribusi sebanyak 983 unit (46.075 kVA). JTM 3.146 kms dan JTR 2.891 kms. Sebaran pengembangan desa mandiri di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.


Gambar 1. Program pengembangan desa mandiri 2009.
Hingga saat ini, penulis belum mendapat informasi mengenai keberlanjutan dan keberhasilan dari program ini di Indonesia.
Kapasitas terpasang saat ini dan rencana ke depan
Komposisi pemanfaatan energi primer Indonesia pada tahun 2006 dan rencana pada tahun 2025 menurut Departemen ESDM terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Komposisi energi primer nasional
Pada tahun 2006, sebesar 95,57% energi primer Indonesia adalah bahan bakar fosil ! dan minyak bumi sebesar 51,66% ! Inilah yang menyebabkan PLN terus menggerogoti APBN Republik Indonesia. Pada tahun 2025, Indonesia menetapkan untuk mengurangi ketergantungannya terhadap minyak bumi hingga menjadi 20%, dan dapat kita lihat efek dari proyek PLTU batu bara 2 x 10000 MW, yang membuat porsi batu bara menjadi 33%, lebih besar dari minyak bumi.
Yang menjadi fokus di sini adalah, di tahun 2025, Indonesia masih bergantung kepada bahan bakar fosil dan belum memanfaatkan secara maksimal energi terbarukan.
Perbandingan dengan Prancis
Apabila kita bandingkan dengan komposisi energi di negara Prancis pada Gambar 3, dapat kita lihat bahwa ada tahun 2007, Prancis hanya bergantung kepada bahan bakar fosil sebesar 10,7%! 76,9% kebutuhan energi Prancis dipenuhi dari nuklir, dan sisanya adalah energi yang terbarukan. Saat ini, Prancis sedang gencar melaksanakan penelitian mengenai energi terbarukan, hal ini diindikasikan dengan berubahnya fungsi laboratorium penelitian tenaga atom di Prancis menjadi laboratorium penelitian energi terbarukan, terutama energi matahari, angin, dan hidrogen.

Gambar 3. Komposisi energi di Prancis
Sumber : « Programmation pluriannuelle des investissements de production d’électricité, période 2009 – 2020 », Ministère de l’Écologie, de l’Énergie, du Développement Durable et de l’Aménagement du Territoire de France.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © AKU CINTA NEGERI KU